Dalam hidup, kita sering mengenal kata-kata cinta bahkan kita sering
mendengar sekaligus mengucapkannya “ aku cinta … , cintailah … , dll.
Kata-kata ini sering diungkapkan saat perasaan menyadari bahwa sesuatu
adalah sangat berharga bahkan kadang-kadang dianggap melebihi harga diri
sampai harus menangis, mengemis untuk mengungkapkannya.
“apakah harus seperti itu??
Ada seorang guru RajaYoga mengatakan “janganlah mencintai apapun yang
ada dibumi ini dengan sepenuh hati, sekalipun kepaada orang tua. Karena
meskipun yang kita cintai tidak akan meninggalkan kita, namun kita
pasti akan meninggalkannya kelak”.
Dari penjelasan tersebut dapat diambil ulasan bahwa jangan sampai
kita menangis, mengemis untuk mengungkapkan cinta, karena jika sesuatu
yang kita cintai tersebut layak untuk kita cintai, maka dia tidak akan
sampai membuat kita menangis dan mengemis. Tapi jika kepada orang tua,
meskipun kita tidak boleh mencintai sepenuhnya, namun kita harus
berbakti dan menghormatinya setiap waktu.
Mencintai sepenuh hati hanya boleh kepada Ida Sang Hyang widhi Wasa.
Cintailah Sang Hyang widhi, maka kamu akan mendapatkan apa yang kamu
minta, kamu akan bahagia, kamu tidak akan pernah kecewa, bahkan sesuatu
yang tidak kamu minta dan sangat istimewa akan diberikannya padamu.
Jika dibandingkan jika kita mencintai sesuatu yang dibumi ini,
terkadang kita mencintai sepenuh hati tapi belum tentu balasannya, kita
belum tentu bahagia, bahkan kita bisa saja kecewa.
“sebenarnya bagaimana cinta kepada Sang Hyang Widhi??,,
Menurut penulis, Cinta adalah kesetiaan dan pengorbanan,
seorang yang mengatakan cinta kepada apapun dan siapapun maka dia
akan berkorban dan setia. Dan janganlah mengatakan cinta jika tidak bisa
setia dan tidak mau berkorban. Tapii berkorban apapun jika tidak setia
maka hanyalah pamrih dan jika setia tapi tidak berkorban maka
kesetiaannya tidak akan terasakan, karena kesetiaan diwujudkan dari
pengorbanan.
Jika kita cinta kepada Ida Sang Hyang Widhi maka kita akan setia
kepadanya dengan selalu mengingat dia, mengagungkan namanya, hanya dia
yang dihati kita setiap waktu. Kita juga akan berkorban, mengorbankan
waktu, tenaga untuk berbakti dan berdharma, mengorbankan pikiran untuk
selalu memikirkannya, hal ini karena memang tidak ada yang lebih pantas
untuk menerima pengorbanan kita secara total selain Beliau.
Wujud Cinta tersebut adalah saat kita lemah dihadapannya,
kata lemah bukan berarti kita adalah orang yang lemah, tidak punya
kemampuan dan tidak berdaya. Lemah dihadapannya adalah kita merasa bahwa
dia begitu berarti, kita sangat membutuhkannya, sehingga kita
menghadapinya dan memuja dia dengan rendah hati, karena kita tidak mau
dia meninggalkan kita. Seperti halnya jika kita cinta pada orang tua,
saudara, sahabat, teman, pacar maka kita akan merasa lemah saat
dihadapannya, jadi jika kita belum merasa lemah dihadapan Ida Sang Hyang
Widhi maupun seseorang, maka sebenarnya kita belum mencintainya.
Sehingga kita bisa menanyakan kepada diri kita masing-masing.
Marilah kita mewujudkan cinta kita dengan kesetiaan dan pengorbanan.
Lebih baik kita jangan mencintai Tuhan sekalipun apalagi kepada sesuatu
ataupun seseorang jika kita tidak bisa setia dan berkorban untuknya.
Karena tidak akan memberi kebahagiaan kepada keduanya.
Oleh karena itu sebagai generasi masa depan dharma marilah kita mulai
mencintai Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan menanamkan dan mengingat
namanya dalam hati kita setiap waktu yang kita wujudkan dalam kesetiaan
dan pengorbanan yang sepenuh hati dan tulus ikhlas dalam bakti yang
berdasarkan dharma.