TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
- Tak
dipungkiri uang sangat memengaruhi kehidupan. Pasalnya semakin tinggi
gaji, belum tentu menyisihkan banyak sisa. Mengingat gaya hidup dan
kebutuhan semakin meningkat.
Meski demikian, orangtua tidak boleh mengabaikan dana pendidikan
anak. Sisihkan uang gaji sejak awal kelahiran. Jika tak ingin "ribet"
dengan investasi, kita dapat memulainya dari hal kecil.
Menurut Fitriavi Noeriman, seorang perencana keuangan dari QM
Financial mengatakan investasi pendidikan anak dapat dimulai dari
tabungan. Tabungan ini bisa digunakan sebagai dana pendidikan anak
ketika mereka duduk di taman kanak-kanak (TK). Anak duduk di bangku SD,
sebaiknya orangtua memiliki dana pendidikan dalam deposito. Anak SMP,
orangtua dapat berinvestasi emas dan atau logam mulia. Menginjak SMA,
sebaiknya orangtua memiliki instrumen investasi reksadana campuran atau
saham, karena untuk persiapan dana pendidikan anak kuliah.
"Sebaiknya jangan punya satu investasi di tempat yang sama. Kita bisa
mengakalinya investasi emas dan reksadana saham. Jika saham turun,
nilai emas naik," tutur Fitri saat ditemui Tribunnews.com belum lama
ini.
Berikut ini, Fitri memaparkan plus dan minus asuransi pendidikan, tabungan pendidikan, dan reksadana.
- Tabungan: memiliki jangka waktu, teratur, disiplin, jaminan hasil, tetapi tidak cocok bagi jangka panjang, karena bunganya hanya dua persen.
- Tabungan: memiliki jangka waktu, teratur, disiplin, jaminan hasil, tetapi tidak cocok bagi jangka panjang, karena bunganya hanya dua persen.
- Asuransi Pendidikan: mendapat benefit tambahan asuransi dan jaminan
hasil, tetapi nilai tunai yang dijaminkan tidak sesuai dengan tujuan.
- Reksadana: return besar sehingga dapat mengalahkan inflasi, cocok
berbagai jangka waktu, tetapi tidak mempunyai jaminan hasil dan
fluktuatif.
Fitri juga memberikan penjelasan tujuan dan jangka waktu investasi, seperti yang telah disinggung di atas.
- Jangka waktu kurang dari tiga tahun: tabungan, deposito, ORI, dengan hasil investasi rata-rata nol persen.
- Jangka waktu kurang dari tiga tahun: tabungan, deposito, ORI, dengan hasil investasi rata-rata nol persen.
- Jangka waktu kurang dari lima persen: reksadana pasar uang, dengan hasil investasi rata-rata lima persen.
- 5 tahun - 10 tahun: reksadana pendapatan tetap dan reksa dana
campuran, emas, dan logm mulia, dengan hasil investasi rata-rata 10
tahun.
- 10 - 15 tahun: reksadana campuran dengan hasil investasi rata-rata 15 persen.
- Lebih dari 15 tahun: reksadana saham dengan hasil investasi rata-rata 25 persen.
"Untuk investasi, kita bisa belajar sendiri atau cari-cari info lewat website, bank, atau manajer investasi."
"Kita bisa berinvestasi asal cicilan tidak boleh lebih dari 30 persen
dari total pendapatan, karena kondisi keuangan keluarga tidak sehat,
bayar dulu cicilan, baru investasi," kata Fitri, mengingatkan.